Karya Tulis Ilmiah dalam Tampilan Buku Yang Menarik
Pertemuan ke-4 KBMN Gelombang ke-28
Hari/ Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Materi : Menulis Buku dari Karya Ilmiah
Moderator : Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd.
Narasumber : Eko Daryono, S.Pd.
Bismillahirrahmaanirraahiim
Materi : Menulis Buku dari Karya Ilmiah
Moderator : Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd.
Narasumber : Eko Daryono, S.Pd.
Bismillahirrahmaanirraahiim
Alhamdulillah malam ini kita bisa bertemu kembali untuk belajar bersama. Kelas online belajar menulis ini mengangkat materi yang sangat menarik. Malam ini merupakan pertemuan ke-4 KBMN Gelombang ke-28. Acara malam ini dipandu oleh moderator kita, Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd. Beliau merupakan alumnus Kelas BM Gel 24. Ibu Dwi Nur Yanti juga merupakan salah satu tim solid di bawah asuhan OmJay.
Tepat pukul 19.00 WIB kelas dibuka. Dengan mengucapkan salam dan membaca do'a, Ibu Dwi Yanti membuka kegiatan malam ini. Sambil menunggu narasumber hadir, ibu Nur menyampaikan motivasi dari John Maxwell. Passion merupakan "the fuel for will" atau bahan bakar untuk kemauan. Artinya passion yang kita miliki harus bisa mengubah keharusan menjadi kemauan.
Tepat pukul 19.00 WIB kelas dibuka. Dengan mengucapkan salam dan membaca do'a, Ibu Dwi Yanti membuka kegiatan malam ini. Sambil menunggu narasumber hadir, ibu Nur menyampaikan motivasi dari John Maxwell. Passion merupakan "the fuel for will" atau bahan bakar untuk kemauan. Artinya passion yang kita miliki harus bisa mengubah keharusan menjadi kemauan.
Jadi bila seseorang sangat menginginkan sesuatu, haruslah menemukan tekad untuk melakukannya. Dan dalam melakukan itu, benar-benar serius tidak akan berhenti sampai bisa tercapai apa yang diinginkannya.
Begitupun ketika seseorang melakukan penelitian, membuat laporan, hingga menuangkan dalam karya tulis. Itu butuh tekad yang besar dan keseriusan untuk menyelesaikannya. Namun tak jarang karya ilmiah kita, kadang hanya tersimpann di loker lemari, di perpustakaan atau bahkan terlupakan, tercecer entah ke mana.
Sangat menarik ketika saya membaca sharing dari Ibu Moderator. Mengubah kehararusan menjadi kemauan. Saya menafsirkan kalimat itu dengan kacamata saya. Bahwasanya bila seseorang melakukan sesuatu sebagai keharusan, ada konotasi keterpaksaan. Sesuatu yang dilakukan itu terasa sebagai beban. Seperti ada sesuatu yang memaksa seseorang melakukan hal tersebut. Namun bila kita maknai kemauan, itu terasa indah. Kata ini lebih nyaman dirasakan. Karena kemauan itu identik sesuatu yang muncul dari dalam hati. Seseorang melakukan itu karena senang, karena mau, karena ikhlas dan tanpa keterpaksaan.
Sampailah saatnya kelas malam ini dimulai. Sapaan dari Bapak Eko Daryono, S.Pd. menyambut para peserta kelas online malam ini. Beliau membuka kelas dengan mengucap salam dan do'a. Beliau mengucapkan terima kasih pada insan-insan literat yang handal di group ini. Diantaranya kepada Bapak Founder KBMN PGRI, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd., Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H. serta Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. Karena beliau-beliau semua Bapak Eko Daryono akhirnya menjadi narasumber di berbagai event kegiatan menulis.
Untuk lebih mengenal narasumber kita, berikut biodata dari Bapak Eko Daryono. Bapak Eko Daryono, S.Kom. merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Beliau lahir tanggal 20 Desember 1975 di Karanganyar. Beliau menyelesaikan Sarjana di Informatika Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun 1998. Kemudian mengambil Akta IV FKIP di Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Bapak Eko Daryono berkarir dalam dunia pendidikan sebagai ASN fungsional Tententu di SMPN 3 Mojobalan Sukoharjo, tersertifikasi pada Mata Pelajaran TIK melalui PLPG di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bapak Daryono pernah meraih juara I dalam Lomba Penulisan Karya Ilmiah Tingkat Kabupaten tahun 2008, serta juara II Guru Berprestasi tingkat Kabupaten tahun 2009.Berbagai pengalaman sebagai narasumber dan keterampilan dalam kepenulisan patut dibanggakan. Dan ini menjadi motivasi bagi saya khususnya, untuk bisa meniru semangat dalam belajar kepenulisan tentunya.
Sapaan bapak narasumber menyadarkan para peserta untuk makin seksama memperhatikan kelas dari layar laptop atau hp masing-masing. Kelas di group ini beranggotakan lebih dari 1.000 peserta. Semoga para peserta bisa meluruskan niat untuk belajar. Juga memperteguh minatnya untuk bisa menerbitkan buku solo tentunya.
Materi malam ini adalah Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah, atau lebih tepatnya Menerbitkan Buku dari Karya Tulis Ilmiah. Apa itu KTI atau Karya Tulis Ilmiah? Dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 menyatakan bahwa Karya tulis ilmiah merupakan tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang memenuhi kaidah ilmiah.
KTI secara umum dibagi dua, yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku. KTI Nonbuku antara lain KTI bidang akademis untuk memperoleh gelar, KTI hasil penelitian, KTI ulasan atau resensi. Sedangkan KTI buku diantaranya Buku Bahan Ajar, Buku Pengayaan, Buku Kompilasi.
Untuk struktur penulisan KTI biasanya seperti struktur pada umumnya.
Struktur penulisan karya tulis ilmiah
Umumnya ini jadi standar dalam menyusun bab-bab dalam KTI. Meski kadang setiap kampus memiliki gaya yang berbeda dalam penulisan tugas akhir, tesis, skripsi atau penulisan desertasi.
Penulisan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku secara subtansi tidak ada perbedaan isi laporan. Mungkin secara sistematika tentunya gaya penulisannya berbeda. Mungkin untuk KTI yang dikonversi penulisan gaya bahasanya lebih luwes, lugas dan tidak mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis dan semacamnya.
Untuk mengkonversi KTI menjadi buku, kita perlu memodifikasi judul. Judul buku hasil konversi harus disajikan dengan menarik. Selain agar mencerminkan isi, judul harus mudah diingat, unik dan tampil semenarik mungkin. Sehingga meningkatkan daya tarik dan daya jual. Berikut contoh konversi judul laparan KTI dan judul buku.
Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan.
KTI Nonbuku umumnya ditulis dengan sistematika penomoran yang baku. Sedangkan untuk KTI Nonbuku harus dimodifikasi sesuai gaya penulisan buku. Jika dibukukan karya tulis tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab. Sehingga tidak ada kesan bahwasanya isi buku terlihat seolah-olah terpisah-pisah.
Modifikasi Bab I
Pendahuluan atau Pembuka boleh diisikan di Bab I. Dalam Karya Tulis Ilmiah Buku, harus bisa menggambarkan kemenarikan buku tersebut.
Modifikasi Bab II
Susunan bab dan sub bab bisa dirubah sesuai gaya penulisan buku.
Modifikasi Bab III
Pada bab ini sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analiss data. Jika berupa PTK kita bisa menuliskan langkah-langkah tindakan dalam penelitian yang kita ambil. Untuk substansi bab 3 ada beberaba alternatif yang bisa kita terapkan. Benar-benar kita menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2, atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan.
Keseluruhan isi bab 3 bisa dihilangkan, karena bunyi bab 3 sebenarnya bisa kita cermati dari isi pembahasannya. Bila ingin menginclude bab 3 di bab 2, maka konsep pokok terpenting yang ada di bab 3 bisa digabung ke dalam bab 3. Seperti itu modifikasi penulisan bab dalam KTI buku.
Modifikasi Bab IV
Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun bisa disesuaikan dengan konteks buku. Bagian ini sebenarnya merupakan bagian inti isi buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul bab IV.
Modifikasi Bab V
Biasanya Bab V diberi judul Penutup. Dalam laporan penulisan hasil penelitian, Penutup bisa dipertahankan. Kita boleh mempertahankan judul tesebut. Namun isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi atau saran saja. Dalam bab ini kita bisa menambahkan temuan-temuan yang tekait dengan hasil penelitian kita.
Modifikasi Lampiran
Lampiran dalam KTI buku bukan hanya berisi data-data mentah saja. Lampiran di sini harus disertakan instrumen penelitian atau data matang yang mendukung penelitian tentunya.
Berikut ini, hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi sebuah buku, yaitu :
1. Keaslian laporan hasil penelitian. Penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan dibukukan memang hasil karya penulis sendiri, bukan plagiasi.
2. Hindari terlalu banyak kompilasi
Kita bisa memasukkan pendapat para ahli yang mendukung substansi ini, sisanya kita kembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis sendiri. Karena ketika membukukan KTI tentunya seorang penulis ingin menyajikan bahan pustaka kepada pembacanya.
3. Memilih dan memilah data yang dipublikasikan.
Agar buku yang akan diterbitkan lebih berbobot, penulis bisa menyuguhkan data matang saja.
4.Modifikasi bahasa buku
Hindari pemakaian penanda transisi, contohnya menurut hal itu, sesuai dengan pendapat, si A menyatakan, berdasarkan hal tersebut. Bahkan kata penelitian ini, peneliti atau penulis harus kita hindari.
5. Hindari pengambilan sumber kutipan berantai
Kutipan yang diambil dari mengcopy data seseorang atau pendapat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah harus dihindari.
6. Daftar Pustaka
Daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku KTI harus mendukung keabsahan buku. Jadi penulis wajib menulis daftar pustaka.
7. Perhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN
ini khusus untuk penulis yang ingin menilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.
Demikian resume kuliah malam di pertemuan ke-4 ini. Semoga bisa menambah ilmu kita untuk bisa menyusun karya ilmiah dan membukukannya. Kita harus berani untuk mulai sesuatu yang baru. Berani menerbitkan karya tulis ilmiah menjadi buku yang bermanfaat buat orang banyak. Semoga tulisan kita bermanfaat dan menjadi ladang pahala kita.
7. Perhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN
ini khusus untuk penulis yang ingin menilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.
Demikian resume kuliah malam di pertemuan ke-4 ini. Semoga bisa menambah ilmu kita untuk bisa menyusun karya ilmiah dan membukukannya. Kita harus berani untuk mulai sesuatu yang baru. Berani menerbitkan karya tulis ilmiah menjadi buku yang bermanfaat buat orang banyak. Semoga tulisan kita bermanfaat dan menjadi ladang pahala kita.
Di penghujung pertemuan Bapak Eko Daryono, Sang Pena Lereng Lawu menyampaikan pada prinsipnya agar kita bisa mantap untuk menjadikan KTI menjadi buku adalah menulis dengan hati. Jadi pada dasarnya "Menulis itu seperti berbicara, di mana teman berbicara itu adalah hati, maka menulislah dengan hati, kita olah kata dengan rasa agar menulis makin berarti".
Yogyakarta, 19 Januari 2023
Sri Rejeki
betul bunda, harus punya tekad kuta untuk menaklukan diri sendiri.
ReplyDelete