Berpantun di Merdeka Belajar
Pertemuan ke-13 KBMN PGRI Gel-28
Hari : Senin, 6 Februari 2023
Tema : Kaidah Pantun
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd.
Moderator : Dail Ma'ruf, M.Pd.
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Sapa salam dari moderator membuka kelas malam ini. Kali ini Bapak Dail Ma’ruf, M.Pd. selaku moderator akan membersamai kita. Materi kali ini akan dibawakan narasumber kita, Bapak Miftahul Hadi, S.Pd. Dengan mengusung tema yang begitu menarik dan menyenangkan, "Kaidah Pantun". Mendengar judul materi sudah terbayang asyiknya berpantun ria.
Sebelumnya kita kenalan dulu dengan moderator kita malam ini. Bapak Dail Ma’ruf yang kadang disapa Pak Damar merupakan Alumni KBMN juga. Beliau satu angkatan dengan Nu Raliyanti, Bu Ewi, Pak Mul, Bu Ros di KBMN ke-20. Syukur terucap dari moderator atas semangat peserta KBMN Gel-28 yang sudah tetap semangat sampai pertemuan ini. Tak terasa sudah hampir separuh materi kita. Dan lebih dari 200 pesarta tetap semangat dan konsisten menulis resume. Semoga kita semua bisa mengikuti sampai akhir kelas. Bisa mengikuti closing KBMN PGRI Gel-28 dan menerbitkan buku solo. Aamiin.
Pak Damar juga sama dengan para peserta di kelas online ini. Beliau adalah peserta KBMN 20 bersama Bu Raliyanti, Bu Ewi, Pak Mul, Bu Ros. Bapak Dail Ma’ruf merupakan salah satu Tim Solid OmJay. Beliau adalah insan hebat yang semangat dan aktif menularkan motivasi menulis.
Semoga kita bisa menjadi pegiat literasi yang bermanfaat dan membawa kebaikan bagi masyarakat. Sebelum mulai kelas Pak Damar mengajak dan memimpin do'a bersama. Al-fatihah
Berikutnya Pak Damar memperkenalkan narasumber kita. Bapak Miftahul Hadi, S.Pd. adalah seorang guru di SD Negeri Raji 1 Demak. Pak Mif sapaan beliau, merupakan alumni KBMN gelombang ke-17. Sebelum mulai kelas Pak Mif berbagi puntun dulu. Bapak asal Demak kota wali ini aktif sebagai pegiat literasi. Buku solo dan antologi karya beliau sudah banyak diterbitkan.
Karya Pak Miftah dalam literasi
Ketika Pak Damar bertanya kabar, Pak Mif kembali menjawab kabar dengan pantun. Berikut pantunnya:
Kalau tuan ke pulau Mempar,
Batu terbelah di gunung Daik,
Kalau tuan bertanya kabar,
Alhamdulillah kabar baik.
Banjir kanal jembatan patah,
Rimbun semak di pinggir kali,
Salam kenal saya mas Miftah,
Dari Demak berjuluk kota wali.
Wow, seru sekali kelas belajar berpantun kali ini. Tak ketinggalan Pak Damar pun membalas pantun. Semakin semarak kelas menulis kita malam ini.
Kalau Puan pergi ke Pasar
Jangan lupa membeli payung
Kalau tuan ingin hatinya Bugar
Jangan lupa membuat pantun (by Pak Damar)
Kalau tuan ke pulau Mempar,
Batu terbelah di gunung Daik,
Kalau tuan bertanya kabar,
Alhamdulillah kabar baik.
Banjir kanal jembatan patah,
Rimbun semak di pinggir kali,
Salam kenal saya mas Miftah,
Dari Demak berjuluk kota wali.
Wow, seru sekali kelas belajar berpantun kali ini. Tak ketinggalan Pak Damar pun membalas pantun. Semakin semarak kelas menulis kita malam ini.
Kalau Puan pergi ke Pasar
Jangan lupa membeli payung
Kalau tuan ingin hatinya Bugar
Jangan lupa membuat pantun (by Pak Damar)
Sebelum belajar menulis pantun, kita perlu tahu dulu apa itu pantun. Pantun biasanya identik dengan suku Melayu ataupun Betawi. Sebenarnya tiap daerah mengenal dan mempunyai pantun. Seperti daerah Tapanuli, pantun lebih dikenal dengan ende-ende (Suseno, 2006).
Contoh pantun dari Tapanuli :
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.
Artinya :
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.
Adapun di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan. Sementara di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006). Karena di Indonesia banyak ragamnya, maka banyak istilah untuk pantun. Tanggal 17 Desember 2020 pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, UNESCO mengakui pantun sebagai salah satu warisan budaya.
Dokpri KBMN tentang definisi pantun
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.
Artinya :
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.
Adapun di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan. Sementara di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006). Karena di Indonesia banyak ragamnya, maka banyak istilah untuk pantun. Tanggal 17 Desember 2020 pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, UNESCO mengakui pantun sebagai salah satu warisan budaya.
Dokpri KBMN tentang definisi pantun
Dari berbagai istilah pantun, mari kita mencari tahu apa definisi pantun itu. Pantun berasal dari kata Pan yang merujuk pada sifat sopan. Sedang kata tun yang merujuk pada sifat santun (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020).
Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)
Pantun ternyata mempunyai banyak sekali kegunaan. Pada zaman dahulu pantun dipakai untuk komunikasi sehari-hari. Bisa juga untuk mengawali sambutan pidato, lirik lagu, perkenalan. Dalam dakwah juga bisa disisipi pantun agar makin menarik.
KAIDAH / CIRI-CIRI PANTUN:
Untuk menulis pantun, tentunya perlu mempelajari kaidah-kaidahnya. Berikut ciri/ kaidah pantun :
- Satu bait pantun terdiri dari 4 baris.
- Satu baris idealnya terdiri 4 - 5 kata.
- Satu baris terdiri dari 8 - 12 suku kata.
- Baris pertama dan kedua disebut sampiran.
- Baris ketiga dan keempat disebut isi.
- Pantun yang baik memiliki sajak a-b-a-b.
- Boleh juga bersajak a-a-a-a.
- Sajak bisa dilihat Rima (bunyi akhir) tiap barisnya.
Kadang kita menjumpai pantun yang hanya dua baris saja. Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat. Contohnya :
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Setelah tahu pantun, kini belajar tentang syair. Syair hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan.
Beikut contoh syair :
Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan
Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.
Nah, ada juga gurindam. Gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan.
- Satu bait pantun terdiri dari 4 baris.
- Satu baris idealnya terdiri 4 - 5 kata.
- Satu baris terdiri dari 8 - 12 suku kata.
- Baris pertama dan kedua disebut sampiran.
- Baris ketiga dan keempat disebut isi.
- Pantun yang baik memiliki sajak a-b-a-b.
- Boleh juga bersajak a-a-a-a.
- Sajak bisa dilihat Rima (bunyi akhir) tiap barisnya.
Kadang kita menjumpai pantun yang hanya dua baris saja. Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat. Contohnya :
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Setelah tahu pantun, kini belajar tentang syair. Syair hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan.
Beikut contoh syair :
Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan
Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.
Nah, ada juga gurindam. Gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan.
- Menulislah
- Susunlah baris ketiga dan keempat dulu.
- Baru susun baris kesatu dan kedua. --- Jadi buat isi dulu, baru kita buat sampiran.
- Perbanyak perbendaharaan kata.
Ada beberapa persajakan dalam pantun:
1. Rima akhir
- Perbanyak perbendaharaan kata.
Ada beberapa persajakan dalam pantun:
1. Rima akhir
Di sini hanya akhir baris yang sama bunyinya.
Contohnya:
Pohon nangka dililit benalu,
Benalu runtuhkan batu bata,
Mari kita waspada selalu,
Virus corona di sekitar kita
2. Rima tengah dan akhir
Pohon nangka dililit benalu,
Benalu runtuhkan batu bata,
Mari kita waspada selalu,
Virus corona di sekitar kita
2. Rima tengah dan akhir
Perhatikan rima pada kata kedua dan kata terakhir.
Contohnya:
Susun sejajar bungalah bakung,
Terbang menepi si burung elang,
Merdeka belajar marilah dukung,
Wujud mimpi Indonesia cemerlang.
3. Rima awal, tengah dan akhir
Susun sejajar bungalah bakung,
Terbang menepi si burung elang,
Merdeka belajar marilah dukung,
Wujud mimpi Indonesia cemerlang.
3. Rima awal, tengah dan akhir
Perhatikan pantun berikut.
Jangan dipetik si daun sirih,
Jika tidak dengan gagangnya,
Jangan diusik orang berkasih,
Jika tidak dengan sayangnya.
4. Rima lengkap
Jika tidak dengan gagangnya,
Jangan diusik orang berkasih,
Jika tidak dengan sayangnya.
Baris pertama dan ketiga
Ja ngan dipe tik si daun sirih,
Ja ngan diu Sik orang berka sih,
Baris kedua dan keempat
Ji ka ti dak dengan gagang nya,
Ju ka ti dak dengan sayang nya.
Semua kata tiap baris memiliki bunyi yang sama.
Contohnya:
Bagai patah tak tumbuh lagi,
Rebah sudah selasih di taman,
Bagai sudah tak suluh lagi,
Patah sudah kasih idaman.
Sangat menarik materi malam ini. Semakin banyak ilmu yang kita dapat tentang pantun. Ternyata begitu banyak seni dalam menulis pantun. Tibalah kita di sesi tanya jawab dan tantangan menulis pantun. Kali ini Pak Mif menantang peserta untuk menulis pantun dengan tema "Merdeka Belajar". Saatnya semangat menorehkan karya pantun kita di sini.
Bagai patah tak tumbuh lagi,
Rebah sudah selasih di taman,
Bagai sudah tak suluh lagi,
Patah sudah kasih idaman.
Sangat menarik materi malam ini. Semakin banyak ilmu yang kita dapat tentang pantun. Ternyata begitu banyak seni dalam menulis pantun. Tibalah kita di sesi tanya jawab dan tantangan menulis pantun. Kali ini Pak Mif menantang peserta untuk menulis pantun dengan tema "Merdeka Belajar". Saatnya semangat menorehkan karya pantun kita di sini.
Pantun dengan tema Merdeka Belajar
Karya Sri Rejeki, S.Pd.
Ke Tanjung Mas membeli rujak
Rujak dimakan dengan acar
Mari bersama guru penggerak
Kita wujudkan merdeka belajar
Perahu layar diterpa ombak
Layar ditarik terasa berat
Bareng bersama guru penggerak
Mari wujudkan insan literat
Hari Minggu pergi berenang
Anak tertidur dalam buaian
Merdeka belajar hatipun senang
Generasi hebat tak lagi impian
Ke Tanjung Mas membeli rujak
Rujak dimakan dengan acar
Mari bersama guru penggerak
Kita wujudkan merdeka belajar
Perahu layar diterpa ombak
Layar ditarik terasa berat
Bareng bersama guru penggerak
Mari wujudkan insan literat
Hari Minggu pergi berenang
Anak tertidur dalam buaian
Merdeka belajar hatipun senang
Generasi hebat tak lagi impian
Pagi-pagi membuat pagar
Pagar dihinggap si burung nuri
Dengan literasi dan merdeka belajar
Generasi prestasi membangun negeri
Demikian resume saya malam ini. Mohon maaf bila masih banyak kekurangan. Semoga kita semua terus semangat belajar dan menjadi insan-insan penggerak dan literat.
Salam Literasi
Sri Rejeki S.Pd.
Keren....resumenya mantap patnerku....
ReplyDelete