PUASA SETENGAH HARI, EHMM!
STORY SHARING KE-3
Pengalaman Puasa Hari ke-2 di Jerman
Pengalaman
pertama berpuasa di bulan Ramadhan di negeri orang tentu banyak cerita.
Terlebih ketika seseorang menjalani puasa di negara minoritas muslim. Pastilah
tidak seseru dan seheboh ketika kita menyambut datangnya bulan Ramadhan. Di
semua tempat dari kota, desa, di kampung-kampung tentu ramai mempersiapkan
segala pernak-pernik menyambut Ramadhan. Lain halnya jika berada di negeri
orang. Apalagi bila seseorang itu sendiri, tak ada teman senegara, belum
menemukan teman muslim dan masjid kebetulan jauh dari apartemen. Wow, pasti
jadi pengalaman yang benar-benar unik, galau atau mungkin sedih.
Alhamdulillah
kemarin Denok bisa melalui puasa di hari pertama, Saya benar-benar bersyukur. Meskipun
kebiasaan berpuasa sunah si Denok saat
di Indonesia udah teruji, namun beda saat di Jerman. Banyak ujian dan godaan
yang menghampiri. Banyak tantangan dan benar-benar butuh perjuangan dan
keimanan yang kuat. Dan ini merupakan pengalaman yang dahsyat bagi Denok.
Mengapa
saya merasa ini adalah pengalaman yang dahsyat. Kalau boleh bilang ujian berat
bagi iman seorang Denok. Gadis mungil yang baru pertama jauh dari orang tua.
Jauhnya gak tanggung-tanggung. Sendiri, jauh dari orang tua, tak ada teman yang
menjadi motivasi puasanya di sana. Kalau bukan karena keimanan dan rasa sayang
pada Allah, pasti berat menjalani ini.
Belum
lagi tentang cuaca, durasi puasa yang beda dengan Indonesia, lingkungan dan
teman yang seiman, bahkan makanannya. Kalau di sini kita bisa ngabuburit pilih beraneka
makanan sangat mudah. Di sepanjang jalan banyak pedagang dadakan untuk makanan
buka puasa. Di masjid dan mushola ada kegiatan takjil untuk buka puasa masyarakat.
Di
Jerman Denok tidak menemukan keseruan ini. Kadang kalau makan sahur atau beli
makanan buka, keingat si Denok. Di sana menu makannya kayak bule aja. Biasanya
kalau buka atau sahur pas kita VC, saya tanya apa menunya. Salad sayur, buah,
kentang, atau roti. Plus susu dan keju yang sering nongol di meja makan.
Awal
pertama lihat makanannya saya kaget. Ternyata sebulan sebelum puasa sudah di
Jerman, menjadi si Denok sudah bisa beradaptasi. Denok bisa mengikuti pola
makan di sana. Jadi in syaa Allah aman untuk menu buka dan sahur.
Durasi
waktu puasa yang lebih panjang dari Indonesia serta suhu juga jadi hal baru.
Kebetulan pagi Ramadhan ke-2 si Denok banyak kegiatan. Harus ada yang dilakukan
di luar rumah. Butuh tenaga dan pikiran untuk kegiatan yang padat hari ini.
Salah satunya belajar setir mobil. Sebenarnya kakak udah bisa setir mobil di
sini. Di Jerman untuk melancarkan dan beradaptasi dengan hal-hal yang baru dari
mobil itu sendiri. Kalau di rumah biasa pakai mobil matic, di sana mobil
manual. Posisi stir kiri di Jerman juga butuh adaptasi tentunya. Pengambilan
jalur kanan mengemudi dan rambu atau peraturan lalu lintas. Semua butuh
dipelajari.
Hingga
siang itu si Denok ngabari by Whatsapp. Katanya Denok gak kuat, pusing dan
lemas hari ini. Jadi puasa setengah hari. Denok membatalkan puasa dengan makan
coklat dan minum doang.Terus kembali melanjutkan puasa dan aktivitasnya. Hingga
saatnya waktu buka puasa datang baru makan lagi. Denan menu biasanya salad buah
dan roti.
Sebenarnya
geli dengar cerita si Denok. Masak udah gede puasa setengah hari kayak anak TK.
Meski sebenarnya next time harus mengganti puasa yang bolong. Tapi saya harus
apresiasi effort Denokku dalam menjalani puasa di negeri orang. Semoga Allah
senantiasa menjaga imannya, memberi kesehatan padanya, memudahkan langkahnya
dalam beribadah kepada Illahi Rabbi.
Terus semangat dan sehat selalu Denokku.
Yogyakarta, 2 Ramadhan 1444/24 Maret 2023
Salam
Literasi
Kiki_S.
Rejeki
Comments
Post a Comment