Romansa Cinta Laila Majnun

 

ROMANSA CINTA LAILA MAJNUN

oleh : Sri Rejeki

 

Judul Film                   : Laila Majnun

Produser Film             : Chand Parvez Servia

Sutradara Film             : Monty Tiwa

Penulis Cerita              : Monty Tiwa

  Alim Sudio

Didasarkan dari           : Novel Laila Najnun karya Nizami Ganjavi

Pemain Film                : Acha Septriasa, Reza Rahadian, Dian Nitami, Baim Wong

Durasi Film                 : 1 jam 59 menit

Produksi                      : Starvision Plus

Distributor                   : Neflix

Tanggal rilis                : 11 Februari 2021 (Netflix)

Bahasa                         : Indonesia, Inggris, Azeri



Film Laila Majnun merupakan film kisah asmara yang legendaris. Film ini terinspirasi dari sebuah novel karya sastrawan Persia asal Azerbaijan, Nizami Ganjavi. Laila dalam film ini diperankan oleh Acha Septriasa merupakan seorang dosen cantik, religius dan cerdas. Laila mempunyai mimpi untuk bisa mengajar di luar negeri. Suatu ketika teman masa kecil Laila, Ibnu datang melamarnya. Pemuda ganteng putra orang kaya di desanya merupakan calon bupati. Keadaan menjadikan Laila tidak bisa menolak lamaran Ibnu. Meski begitu Laila tetap diijinkan Ibnu, boleh mengajar dan menjadi dosen tamu di luar negeri. Ketika impiannya terwujud mengajar di luar negeri, di sinilah awal kisah asmara roman picisan mulai muncul. Konflik demi konflik yang muncul menjadi bumbu kisah asmara yang mengambil banyak latar Azerbaijan untuk lokasi shootingnya. Berikut ulasan film ini.

Adegan terdamparnya perahu ayah Laila di awal cerita, membuka kisah dalam film ini. Ayah Laila ditemukan terdampar di tepi pantai sudah meinggal dunia. Di sini awal munculnya kisah sedih dari Laila dan Ibunya. Karena pakdhenya, Pak Ahmadi akhirnya menguasai dan menjual  barang-barang peningalan ayahnya. Mereka terpaksa tinggal bersama pakdhenya. Bahkan kadang Pak Ahmadi dengan paksa merebut dan menjual perhiasan ibunya. Laila kecil yang menyaksikan kejadian ini di depan mata juga tidak bisa berbuat apa-apa. Berikutnya ketika Ibnu sosok pemuda kaya yang datang melamar Laila. Selain dari keluarga terpandang, Ibnu adalah calon bupati yang akan mempersiapkan kampanye politiknya. Karena mereka berteman sejak kecil, bimbang atau dilema, Laila sungkan untuk menolak lamaran Ibnu. Apalagi selama ini orang tua Ibnu sudah banyak membantu melunasi hutang pakdhenya. Dengan syarat yang sangat sederhana, Laila berjanji mau menerima lamaran dan menjadi istri Ibnu. Dua syarat itu adalah tetap diijinkan mengajar dan diijinkan menjadi dosen tamu di Azerbaijan selama dua pekan. Dari sini saya bisa menyimpulkan bahwa ketika seseorang dalam kondisi lemah dan tidak berani memberontak, kedzaliman akan muncul. Perlunya seseorang untuk berfikir panjang untuk menentukan pilihan penting dalam hidupnya. Terlebih untuk menentukan pasangan hidup. Sehingga tidak timbul masalah di kemudian hari.

Film ini diperankan oleh artis-artis ternama. Mereka para artis papan atas, seperti Acha Septriasa si Laila, Baim Wong sebagai Ibnu, Reza Rahadian sebagai Samir si pemuda Azerbaijan. Peran mereka dalam film-film layar lebar tak perlu diragukan. Film Laila Majnun mungkin hampir mirip dengan kisah Romeo ataupun Galih dan Ratna versi Timur Tengah. Film bertemakan cinta memang tidak akan habis untuk dibicarakan. Pengorbanan dan ketulusan cinta seseorang kepada orang yang dicintainya menjadi konflik yang renyah untuk dibumbui. Konflik asmara di film ini muncul ketika Laila mengajar di Azerbaijan. Perjumpaan dengan Samir di Azerbaijan telah merubah perjalanan hidupnya. Kebetulan Samir merupakan salah satu mahasiswa S2 di mana Laila menjadi dosen tamu. Juga kedekatannya karena Samir menjadi tour guide selama di Azerbaijan akhirnya benih-benih cinta tumbuh di hati sejoli ini. Di sini ada pelajaran tentang rahasia cinta. Cinta itu semacam misteri yang mengusik setiap orang untuk memahaminya. Cinta itu unik karena kadang ia hadir tanpa terduga. Kapan saja, di mana saja dan kepada siapa rasa itu datang kadang kita tak bisa membendungnya.

Di sini ketika Samir yang jatuh cinta kepada Laila menjadi konflik dalam film ini. Bermula ketika Ibnu, calon suami Laila datang ke Azerbaijan untuk bertemu Laila sekaligus membuat foto pre-wedding di sana. Kecurigaan Ibnu muncul ketika melihat ekspresi juga sikap Samir danLaila bertemu di KBRI. Akhirnya Ibnu mengajak Laila segera pulang ke Indonesia. Saat itu dalam hati Laila yang sudah tumbuh rasa cinta menjadi risau. Keinginan untuk bisa bertemu sebentar dengan Samir terhalang hadirnya Ibnu. Laila pulang ke Indonesia tanpa sempat bertemu Samir. Samir yang terlanjur jatuh cinta hampir gila menahan perasaannya.  Di sini kegilaan cinta yang kadang muncul pada seseorang, termasuk Samir. Besar cintanya pada Laila membuat dia terasa tak sanggup hidup tanpanya. Sebuah kisah klasik yang biasa disajikan dalam roman percintaan.

Laila di Indonesia sangat sibuk mendampingi kegiatan kampanye calon suaminya. Hingga suatu ketika di masjid yang dibangun Ibnu untuk Laila, dia kembali bertemu Samir. Samir menjadi pengajar di masjid tersebut. Inilah mulainya klimak cerita Laila Majnun. Laila dan Samir mengatur perjanjian untuk bertemu di jembatan. Ketika mereka bertemu, tertangkap oleh Ibnu dan anak buahnya. Sebagai akibatnya mereka diikat dan dilemparkan bersama di sungai. di sinilah pengorbanan cinta dua sejoli ini diuji. Namun seperti biasanya,kisah romantis ini ditutup dengan happy ending. Kehadiran ibu Laila sebagai pahlawan bagi Samir dan Laila ikut andil dalam kisah cinta Laila. Pelajaran yang bisa diambil saat adegan ini adalah besarnya rasa cinta seorang ibu kepada anaknya. Ketika restu ibu yang mengijinkan Laila bertemu Samir di jembatan.

Film ini sangat bagus untuk ditonton. Banyak pelajaran tentang bagaimana menghadapi rasa cinta yang kadang kurang waras perlu dipetik. Mungkin perspektif seseorang dengan rasa cinta mereka bisa berbeda. Dari sudut pandang mana kita bisa ambil hikmat dari film ini. Menjadi kelebihan film ini di mana pengambilan scene di Azerbaijan dibarengi dengan sisipan bahasa, culture dan tata musik di sana. Tidak seperti film lain yang kadang mengambil shooting di luar negeri hanya untuk mndongkrak prestise. Yang membuat saya salut ketika sutradara masih mengusung budaya lokal baik budaya Jawa maupun Timur Tengah. Ini terlihat dengan adanya wayang dan dalang. Tokoh-tokoh wayang seperti sembodro yang dijadikan souvenir buat Samir saat Laila akan kembali ke Indonesia. Meski film ini terinspirasi dari novel Timur Tengah, namun budaya Jawa sering muncul di beberapa adegan. Kepuitisan dalam film ini sering muncul tidak sekedar melantunnya puisi, namun musik dan pencahayaan serta latar tempat di Azerbaijan sangat mendukung.

Meski termasuk film klasik roman percintaan namun Monty Tiva terasa kurang bermain lebih jauh dalam dramatisasi cerita. Beberapa adegan sang sutradara terasa tanggung menguras emosi penonton. Saya tidak bisa menyebutnya kekurangan film, namun lebih kurangnya eksplorasi yang kurang greget sehingga penonton hanyut dalam emosi yang klimaks. Terasa ada ruang tersisa yang mestinya bisa dieksplore sang sutradara agar klimaks cerita bisa benar-benar mencapai puncak. Sehingga menguras emosi dan air mata penonton.

Film Laila Majnun sejatinya memang sebuah film cinta klasik dengan cerita yang bisa diterka dan dipahami banyak orang. Namun kehadiran film ini setidaknya menjadi ruang hiburan tersendiri bagi penikmat kisah romantisme percintaan dengan segala problema lumrahnya. Pada akhirnya penonton dibuat menangis atau bahagia di akhir cerita. Paling tidak film ini bisa mengajak penonton sejenak mengenang kembali novel kisah cinta legendaris sembari melepaskan rutinitasnya. Selamat menikmati.





























Comments

Popular Posts