PERSIAPAN RAMADHAN DI LANGIT EROPA
STORY SHARING KE 1
Dokpri: Musim Salju di Jerman
Bulan suci Ramadan adalah bulan yang sangat istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang penuh dengan berkah, pengampunan, dan kesempatan untuk beribadah kepada Allah dengan lebih intens. Selama Ramadan, umat Muslim berpuasa mulai dari fajar hingga matahari terbenam, menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas seksual. Selain itu, mereka juga memperbanyak ibadah seperti membaca Al-Quran, berdoa, bersedekah, dan melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
Hadirnya
bulan Ramadhan tentu menjadi moment yang dinanti-nanti. Saat di mana umat Islam
berusaha menyambut dengan segala persiapannya. Terlebih bila seseorang akan menjalani
puasa di negeri orang. Negeri yang baru didatangi dan perlu adaptasi banyak di
sana. Mempersiapkan diri untuk berpuasa di negeri orang bisa menjadi tantangan
tersendiri bagi sebagian orang. Namun, dengan sedikit perencanaan dan
persiapan, kita bisa memastikan bahwa kita tetap sehat dan kuat selama berpuasa
di luar negeri.
Ramadan
juga dianggap sebagai waktu untuk memperkuat ikatan kekeluargaan dan
silaturahmi dengan orang-orang terdekat serta meningkatkan kesadaran tentang
keterbatasan dan kebutuhan orang lain. Akhir Ramadan ditandai dengan perayaan
Idul Fitri, di mana umat Muslim merayakan keberhasilan dalam menyelesaikan
ibadah puasa selama sebulan penuh. Ramadan adalah waktu yang penuh dengan makna
dan hikmah bagi umat Muslim, dan menjadi kesempatan untuk meningkatkan
keimanan, kesabaran, dan ketakwaan kepada Allah.
Mempersiapkan
diri menyambut bulan puasa di negeri orang tentu lebih rumit jika disbanding di
rumah sendiri. Terlebih di negeri yang jadwal sholat atau berbukanya
bener-bener beda dengan di Indonesia. Lalu apa saja yang perlu diperhatikan ya.
Pertama, kita harus mencari tahu tentang jadwal berbuka puasa dan sahur di
tempat kita berada, agar bisa menyesuaikan jadwal puasa kita dengan waktu
setempat. Selain itu, kita juga perlu mempersiapkan makanan dan minuman yang
cukup untuk sahur dan berbuka, karena mungkin tidak mudah menemukan makanan
yang sesuai dengan selera dan kebutuhan kita di negara yang berbeda. Kita juga
perlu memperhatikan kondisi cuaca dan suhu di negara yang kita kunjungi, serta
menghindari aktivitas yang terlalu melelahkan saat berpuasa, terutama jika kita
tidak terbiasa dengan iklim atau cuaca yang sangat berbeda dari negara asal
kita.
Kali
ini saya ingin berbagi cerita, sebut saja “STORY SHARING” tentang pengalaman
puasa anak saya, sebut saja si Denok yang sedang berada di negeri orang.
Kebetulan sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 21 Februari 2023 Denokku
berangkat ke Jerman untuk study di sana. Tentunya bukan hal mudah saat pertama
tiba di sana. Kondisi alam, linkungan, cuaca dan segala hal baru di Eropa, membutuhkan
banyak adaptasi bagi Denokku. Terlebih
Denok akan lama di sana karena studynya. Kalo dibilang bahagia, pastilah
bahagia anak Denokku bisa sampai di negeri impiannya. Meski jauh kan kita masih
bisa komunikasi setiap saat karena canggihnya tehnologi saat ini. Jadi semua
dinikmati sambil belajar beradaptasi dengan semuanya.
Awal
pertama di Jerman kita sudah bincang-bincang by video call tentang banyak hal. Maklum
namanya kaum hawa kan suka sekali ngerumpi. Termasuk omong-omong tentang topik
puasa. Jauh hari si Denok sudah cerita-cerita gimana ya nanti kalo bulan
Ramadhan. Bagaimana puasanya, bagaimana tarawihnya, terus lebaran nanti gimana
ya. Pokoknya banyak yang masih belum bisa dibayangkan saat itu.
Karena
kebetulan si Denok ada di daerah yang memang jarang muslim atau bahkan mungkin
gak ada muslim di sana. Di sebuah apartemen di mana dia satu-satunya orang
Indonesia, yang kebetulan berhijab. Tentunya identitas muslim sangat terlihat
dari penampilannya yang berbeda. Seperti biasa saya selalu memberi nasehat ke
Denok, di manapun kamu berada tebarkan kebaikan, in Syaa Allah banyak kebaikan
yang mengelilingimu. Alhamdulillah kali pertama si Denok cerita adalah
orang-orang tetangga sekitar, yang ramah dan baik menerimanya. Meski awal kaget
ada warga baru dengan penampilan yang beda. Menurut Denok mereka ramah dan sosialisasinya
masih bagus. Saling menyapa kalau kebetulan jalan keluar apartemen. Nuansa
bermasyarakat masih cukup bagus kebetulan.
Kali
pertama yang dicari Denokku itu searching masjid di dekat apartemennya.
Ternyata masjid sangat jauh, harus naik mobil atau kereta untuk ke masjid.
Kebetulan saat awal datang di Jerman pas musim salju juga. Jadi belum
memungkinkan berlama-lama keluar dengan musim yang baru dikenalnya. Sesuatu
yang exciting bagi Denokku saat lihat salju pertama turun. Girang, kagum,
terpesona, seru dan heboh jadi satu. Semua terekam dalam video pertama salju
turun.
Tak
terasa sudah sebulan berlalu Denokku berada di Eropa. Dan saat ini jadi
pengalaman pertama bagi Denok menjalankan puasa di negeri orang. Puasa sendiri
jauh dari keluarga. Puasa dengan persiapan yang seadanya karena keterbatasan
kondisi. Ada sedikit cerita dari Denok katanya selama sebulan di Jerman, baru
ketemu orang berhijab dua kali. Mungkin dia orang Turki. Dan saat bertemu
mereka senyum, mungkin dalam benaknya juga bilang, eh aku punya temen di sini.
Pokoknya banyak cerita seru yang tiap hari dibagikan oleh si Denok. Kalo
ditulis bisa sepanjang surat kabar kali ceritanya.
Nah,
omong-omong tentang Ramadhan, si Denok ikut puasa pertama tanggal 23 Maret 2023
sama dengan Indonesia. Tapi karena beda jam antara Indonesia dan Jerman sekitar
enam jam, jadi kami puasa duluan. Saya dan keluarga sudah sahur dan puasa, si
Denok masih malam hari. Tidak seperti kita di Indonesia yang bisa menikmati
puasa dengan tarawih yang ramai di mana-mana. Si Denok mempersiapkan diri untuk
sholat tarawih sendiri di apartemen.
Comments
Post a Comment