Menjaga Istiqamah Ibadah Anak Saat Pulang Pesantren
oleh: Sri Rejeki
Tanpa terasa kita sudah menjalankan
ibadah puasa di sepuluh hari pertama. Alhamdulillah hari ini in syaa Allah
puasa hari ke-12. Tentunya
kebiasaan-kebiasaan baik dan semangat ibadah makin meningkat di bulan Ramadhan.
Tentunya semangat ibadah harusnya tidak hanya menghiasi bulan Ramadhan saja.
Tapi berlanjut setelah Ramadhan berlalu.
Meningkatnya ibadah di bulan Ramadhan
terasa tidak hanya di kampung, desa, perumahan atau di kota. Namun ini juga
terasa di pesantren-pesantren. Memperbanyak membaca Al-Qur’an, sedekah dan
sholat sunah, misalnya. Untuk sholat sunah di bulan puasa, ada sholat tarawih
yang dilakukan di masjid-masjid atau mushola-mushola, terlebih di pesantren.
Banyak pesantren yang berjamaah sholat tarawih dengan bacaan 1 juz untuk surah
yang dibaca imamnya.
Tentunya ini jadi pengalaman baru
bagi santri pemula. Kesabaran dan kekhusukan menyimak bacaan imam teruji di
sini. Kesabaran untuk lebih lama berdiri saat sholat harus diimbangi dengan
ikhlas mengharap ridho Allah. Mungkin sambil jadi ajang belajar sholat khusuk
oleh para santri, sang pencari ilmu.
Kebiasaan yang bagus ini tentu
membuat orang tua bahagia. Ketika sang anak karena bersama komunitas di
pesantren bisa menjalankan ibadah dengan ringan. Namun bagaimana menjaga agar
kebiasaan baik di pesantren tetap terjaga saat di rumah. Apakah para santri
masih terus istiqamah menjalan ibadahnya?
Beberapa hari lagi para santri akan
pulang untuk libur hari raya Iedul Fitri. Tentunya bahagia bisa berkumpul
dengan keluarga. Bahagia juga hati ayah bunda untuk melepas kangen dengan anak
yang lam di pesantren. Namun ada kalanya para orang tua mengeluhkan tentang
ibadah anaknya yang pulang nyantri saat di rumah. Tak jarang mereka kembali
pada kebiasaan nonton TV, pegang HP atau main games mengisi masa liburan di
rumah. Tak jarang mereka asyik dengan gadgetnya meski sudah tiba waktu sholat. Atau
pembiasaan membaca Al-Qur’an di pesantren terasa luntur saat berada di rumah. Ini
tentunya perlu menjadi perhatian keluarga dalam memantau pembiasaan ibadah sang
anak saat pulang dari pesantren.
Untuk menjaga kebiasaan ibadah anak
di pesantren tetap terjaga ketika pulang ke rumah tentu butuh kerja sama dan
komitmen. Orang tua selayaknya menjadi figur anak di rumah. Kebiasaan dan
peraturan dalam beribadah tentunya juga perlu diterapkan. Lingkungan keluarga
yang mendukung untuk tertib dan disiplin beribadah harusnya diterapkan saat
anak di rumah. Mungkin tidak harus peraturan tertulis. Bisa dengan pembiasaan
beribadah dalam keluarga.
Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:
1. 1. Orangtua harus memberikan contoh yang baik dalam menjalankan ibadah. Dengan memberikan contoh yang baik, anak akan lebih mudah meniru dan mengikuti. Di sini Orangtua dan anak perlu menjaga komunikasi yang baik untuk saling mengingatkan dan memotivasi satu sama lain dalam menjalankan ibadah. Misal sang ayah mengajak anak berjama’ah ke masjid sekitar rumah. Orangtua bisa membiasakan anak untuk shalat berjamaah di rumah bersama keluarga. Selain bisa mempererat hubungan keluarga, hal ini juga akan memperkuat kebiasaan shalat anak.
2. Orangtua bisa mengajak anak untuk berdoa bersama setelah shalat. Selain itu, juga bisa mengajarkan anak untuk membaca Al-Quran bersama di rumah. Kebiasaan berdo’a bersama dalam keluarga akan menguatkan kebersamaan. Berdo’a tidak hanya usai shalat. Bisa juga membiasakan do’a bersama saat makan di meja makan. Biarkan anak yang pulang nyantri memimpin do’a makan di meja makan. Dengan begitu diharapkan ada keberkahan dalam rumah kita.
3. Orangtua bisa mengajak anak untuk mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar. Kita bisa melibatkan anak dalam kegiatan seperti mengikuti pengajian atau kegiatan keagamaan di masjid terdekat. Ini sangat bagus untuk membentuk kepercayaan diri dan melatih bersosialisasi. Santri bisa juga mengisi kegiatan TPA anak-anak di masjid atau mushola dekat rumah. Di sini bisa juga sebagai ajang belajar menjadi pemimpin dalam lingkungan masyarakat.
4. Orangtua perlu memberikan pengarahan dan motivasi yang terus menerus kepada anak untuk menjaga kebiasaan ibadahnya. Ini tentunya sangat dibutuhkan anak. Tidak hanya anak yang pulang nyantri. Anak-anak yang di sekolah regularpun tentu butuh nasehat dan motivasi daari orang tuanya. Tak lupa kasih sayang dan perhatian orang tua tentuya. Karena karakter itu akan terbentuk dengan sentuhan perhatian dan kasih sayang juga.
Comments
Post a Comment